Kamis, 29 November 2012

Malamku dan Ceritanya Tentang Semesta

"Sadar adalah bukan saat kau terbangun oleh kokok ayam dan jentikan sinar pagi, sadar adalah ketika saat mendengar kau tak ada artinya bagi mereka yang kau sayangi, orang-orang terdekatmu. Saat itu kau akan tahu, bayanganmu tentang dirimu di ucapan banyak orang adalah ungkapan manis yang hanya berusaha untuk terlihat baik di depanmu, dan di belakang menelanjangimu dengan sosok buruk yang melumpurimu. Ucapan orang terdekat, yang menyayangimu dan kau juga sebaliknya, adalah ucapan paling jujur yang harus di dengar untuk terus bergerak merengsek maju. Meski ucapan itu menghapus bayang indah tenang dirimu sendiri, tapi itulah kenyataannya."

Malamku mendung
Mungkin hujan akan turun ? saya harap. Di balik deras bulir-bulirnya ia selalu menyimpan kesejukan setelahnya, meski sering kita mengeluh selalu ada langkah yang tertahan untuk melakukan aktifitas yang sewajibnya. Hukum alam selalu mengajarkan, untuk dapat bertahan harus selalu ada keseimbangan, hukum alam paling mendasar. Hujan datang untuk mengganti kemarau.

Malamku hujan
Benar datang hujan. Hadirnya mengurungku dalam selimut dan diam yang memaku, "hujan kan selalu turun ?". Tak ada bedanya hujan kemarin dan hari ini, akan selalu ada basah dan pelangi yang menyudahinya. Yang berbeda adalah apa yang di persiapkan untuk menyambut datangnya kemarau, hukum alam selanjutnya. Jika kau melewatkan momen, maka tidak ada yang tersisa, hanya becek dan cucian yang tak kering, hanya penyesalan dan kesiasiaan. Pelukis menghadirkan hujan dan pelangi di atas kanvasnya, pujangga dengan katanya, petani dengan benih-benih barunya. Hanya cukup mencari hal baru dari sudut pandang berbeda.
Hukum kejenuhan mengajarkan, pada kurva puncak setelah itu muncul degradasi, harus ada kurva baru yang di munculkan, jika tidak kau akan menyaksikannya terpuruk dan kau tak mampu berbuat apa-apa lagi.

Malamku makin larut, dan hujan makin deras
Masih di balik selimut, dengan rangkain teori yang berseliweran di ruang fikir yang statis. Hujan belum reda dan aku masih diam menikmati kekosongan.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar