Kamis, 21 Juli 2011

Refleksi Ramadhan Kita

Oleh : Kaki Langit (6 Juli 2011)

Tak lama lagi kita akan kembali bersua dengan ramadhan yang penuh rahmat dan berkah...., begitu ceritanya. Dan saya kira memang seperti itu harusnya. Namun entah kenapa ramadhan terasa terkesan biasa-biasa saja dikampung kita tercinta ini..., bulan yang seharusnya kita sambut dengan penuh pemaknaan seolah hanya tinggal serangkaian rutinitas dan prosesi tahunan yang terus saja berulang dan berlalu. Dan yang nampak secara kasat mata adalah penyambutan bulan berkah ini dikalangan mayarakat kita lebih disikapi sebagai serangkaian ritual dan ritual belaka, yang karena kebiasaan/budayalah itulah semua terkesan berlalu begitu saja. Tanpa kita bisa mengecap makna sedikitpun. Ramadhan telah kehilangan ruhnya ditengah-tengah kita semua. Apakah arti ini semua...?.

Takdir di Ujung Nyali

Sinar jingga barat menghadirkan lukisan berbayang di sisi timur dusun. Bayangan manusia perlahan memunculkan sosoknya dari arah tanjakkan jalan bertanah yang belum jua mencium bau aspal sejak kemerdekaan silam. Matahari tak lagi menampakkan rupanya, sebab terselubung awan tebal, meski sinarnya masih memberi bayang bagi seluruh alam.

Seiring peraduan matahari, sosok lelaki tegap semakin mendekati perbatasan dusun yang dengan stelan kemeja biru berdasi dengan celana hitam serta sepatu mengkilat, menghadirkan suasana kontaras bagi dusun sunyi yang rumah satu dengan lainnya masih berjarak. Tangannya menggenggam koper hitam dan tangan satunya melambai mengikuti gerak langkahnya.

Selasa, 05 Juli 2011

Masih Bermimpi...

Bias jingga dari arah sisi barat
Di wajah temaram garis langit
Bola api matahari bergerak turun perlahan
Menarik serta tirai malam

Senin, 04 Juli 2011

KALAU AMERIKA SERIKAT BISA !!! KENAPA INDONESIA TIDAK ???

“Kalau yang lain bisa, kenapa kita tidak ?”

Sebuah jargon penyemangat yang biasa di dengar untuk membangkitkan semangat berusaha. Jargon ini memang cukup masuk akal, karena di dalamnya mengandung nilai semua manusia secara potensi sama dalam peluang, tinggal usaha dan pengabdian dari potensi terbaik, disetai disiplin dan perjuangan yang akhirnya dapat memunculkfan prestasi.

Sekedar asumsi, bahwa Adam Smith ketika tahun 1776 menuliskan bukunya “The Wealth of Nation” dan di dalamnya menyinggung masalah usaha tiap individu untuk memperbaiki nasibnya akan serta merta mmperbaiki nasib kolektif masyarakat di mana ia berusaha melandaskan pada jargon “kalau yang lain bisa, kenapa saya tidak ?”

Indonesia Mencari Bakat ; Bangsa Kehilangan Pemuda

Berjibaku stasiun TV dengan program tayangan entertain yang beragam. Mulai dari yang mencari idola, mencari pacar, sampai mencari orang berbakat. Banyak orang Indonesia saat ini rupanya kehilangan, sehingga banyak saluran TV menabur jasa pencarian. Lumayan banyak dapat untung.

Indonesia banyak kehilangan saat ini, kehilangan hutan, kehilangan tambang, kehilangan pemerintah, kehilangan masyarakat, kehilangan etika, solidaritas, kebhinekaan, moral hukum, dan banyak deretan daftar kehilangan lainnya, burung garuda dan teks pembukaan UUD pun kehilangan. Dan tanah pijakan yang tersisa, terancam kehilangan juga.

Lantas, apa yang tersisa dari Indonesia ini ?