Selasa, 12 Mei 2020

Meniti Jalan Pedang

Telah setengah perjalanan membaca buku Musashi. Seorang ronin* yang hidup pada sekitar abad 17 di Jepang. Musashi merupakan tokoh terkenal di Jepang, khusunya tentang teknik-teknik bertarung menggunakan samurai. Dengan usahanya, ia merintis suatu teknik sendiri dalam bertarung, lepas dari gaya bertarung pedang apapun saat itu. Ia menempuh jalan berbeda.

Namun, hal yang ingin saya ceritakan pada tulisan kali ini adalah tentang perjalanan karakter orang-orang yang terlibat dalam cerita yang di tulis oleh Eji Yoshikawa ini. Pertama, tentu saja tokoh utama cerita yakni Miyamoto Musashi yang waktu kecil memiliki nama Takezo. Menjalani kerasnya hidup yang dideritanya sejak kecil dia tumbuh menjadi manusia yang gigih. Karena statusnya yang miskin dan yatim-piatu, dia selalu dipandang sebelah mata oleh masyarakat. Olehnya hidupnya penuh dengan usaha pembuktian diri dan kerja keras. Pertemuannya dengan seorang pendeta Zen lah yang mengubah jalan hidupnya, Takuan Soho, dari seorang buronan kriminal menjadi seorang samurai pengembara. Pencerahan yang diterimanya membawa ia pada usaha pembuktian diri yang lebih jelas, lebih tertata. Ia sampai pada sebuah kesimpulan di awal, tujuan hidup yang harus ia capai, sebuah mimpi besar yang ingin ia raih. Dari kesimpulan inilah jalan hidupnya di fokuskan. Ia begitu konsisten dalam menjalani mimpinya, tak jarang halangan dan godaan untuk bergeser dari mimpi awalnya, namun dengan komitmen dan fokus, ia kembali lagi pada jalan awalnya. Penggambaran karakter yang begitu konsisten, begitu teguh, dan penuh kedisiplinan.

Karekter Musashi menjadi kuat dalam usaha mencapai mimpinya, karena adanya tokoh lain yang begitu bertolak belakang dalam karakter, yakni sahabatnya Matahachi. Sama dengan Musashi dan kodrat laki-laki, Matahachi juga memiliki mimpi dalam upaya memperoleh pengakuan diri dalam masyarakatnya. Pada zaman itu menjadi samurai adalah kelas keterampilan tertinggi di Jepang. Ia juga punya mimpi meniti jalan pedang, Matahachi adalah anak seorang samurai juga, namun dia memiliki ibu dan keluarga lain dengan cukup harta yang biasa memanjakannya dari kecil. Di tambah lagi ia adalah anak laki-laki satu-satunya di keluarga, sehingga ibunya sangat membanggakan dan menaruh harapan besar kepadanya. Sejak awal, karakter Matahachi ini dilukiskan sebagai seorang yang gampang terperdaya oleh kesenangan sesaat didepan mata. Beberapa kali ia bertekad menjadi baik, namun diperjalanannya berbelok arah lagi pada jalan ketidak konsistenan diri. Begitu gampang ia bermalas-malasan, begitu ringan ia berbohong dan menipu, dan begitu saja melimpahkan kesialan hidupnya pada orang lain dan masa lalu. Sehingga semua jalinan jalan hidupnya selalu balik lagi pada keadaan-keadaan itu saja, berputar tanpa menuju impian besarnya.

Pada setengah bacaan cerita ini, pelajaran telah merangkum hampir semua nilai-nilai kehidupan dan karakter manusia pada umumnya. Soal kemenangan-kemenangan kecil, mimpi-mimpi yang dijaga dengan konsisten, disiplin-disiplin yang dijalani dalam penempaan hidup, hingga jalan kebalikan-kebalikannya. Semua itu pada kesimpulan saat ini adalah upaya mencapai karakter kuat meniti jalan pedang kehidupan.

*seorang yang menjalani kehidupan sebagai prajurit samurai di Jepang, namun tidak mengabdi pada tuan atau pejabat tertentu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar