Sabtu, 25 Juni 2011

LELAKI KEMARIN

Tak perlu awal kisah untuk mengenalkan dia,pun tak butuh masa lalu untuk mengetahui dia.Tak guna bila dimulai dari awal,sebab ia berpesan hanya bercerita tentang kenyataan masa ini dan harapan indah atau kenyataan pahit masa depan.
“Taak apalah,ceritakan padaku.”Pintanya
Aku diam,
“Ceritalah..Tentang awan yang kamu pandangi dari kemarin itu dan saat ini menjelma hujan….”.
Aku diam,menutup mata
“Ceritalah ungkapan harapan yang kemarin kau bangun dari pasir-pasir di pantai masa,atau yang kau gambar pada tembok gedung-gedung sekolah,atau yang kau dengungkan di pelataran mesjid,atau di tempat manapun itu,,,,”
Aku diam,menutup mata,menarik nafas,lalu berkata
“Awan yang ku pandangi tak pernah ku pahami,dia berwujud beda,terbawa angin dan makin menipis,,,,dan lihatlah tangisnya yang kini turun ke bumi.”
Dia diam

“Ceritaku telah di hapus ombak yang berakir di pantai,terhapus cat-cat yang tak kusuka warnanya,dan dendang yang kau senangi lalu bersemangat saat kaupun mengulang mendendanginya telah aku lupa syairnya….”
Dia diam,menutup mata
“Kau berpesan untuk tidak bercerita tentang masa lalu….Tetapi kau memintaku bercerita hari ini,dan itu aku harus memenggal cerita masa lalu,,kau tak pernah maju,kau malah menipis seperti awan yang dari kemarin aku pandangi dan aku harus menanggung hujannya….”
Dia diam,menutup mata, dan menarik nafas
“Lalu bagaimana…???”
“Kau masih lelaki kemarin”.Gumamku…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar