Sabtu, 25 Juni 2011

Resah Bidak Pion

Bercerita ia,kala rampung senja tertutup malam,,tentang rasa lelah hari yang dilalui, tentang langkah yang harus menghantarkannya pada ujung senja. Tak tahu secara nyata gambaran hari itu,.hanya berbaris pada lajur depan, kisahnya,.hanya samar melihat ke belakang dan tak jelas nyata siapa yang menggerakkan semua, herannya. Tak bisa lagi undur pun jika keluar, sayangnya,.sebab bentang hari telah dibuka,strategi rampung disusun, sisa langkah yang mesti dijaga.,Satu tujuan, raja di seberang harus menemui kematian,instruksi dengung suara,.tapi rasaku mengungkap taruhan sang pemainlah tujuannya.

Melangkah pelan,.satu pijak demi pijak,.bukan sendiri kala itu,ada banyak serupa saya melangkah, kadang di belakang melampaui langkah kami, kemudian sejenak berbalik ke belakang, bergeser, atau mati berkorban.Sedetik melihat sekeliling bergerak, mati dan berserak, "berkorbanlah", seru jenderal pendamping raja, "berkorbanlah untuk raja kalian". Heran, tak ingin melangkah tapi melangkah, ingin melangkah tapi tak melangkah..Suatu kali gumam aku berujar, siapa pengatur langkah ini, siapa pemilik permainan hari.

Lelah melihat sekeliling. Coba menghibur diri, melenggang dengan dendang.Tapi rasa tak jua terhibur, hari terasa panajang, akupun merintih tolong. Hingga suatu ujung terlihat, raja meregang nyawa, ujar teman diseberang jalan,.papan telah di lipat, bidak di tata rapi, pemain melenggang pelan, dengan senyum puas, permainana hari telah usai...

Usai perang melangkah pulang, berdendang riang para pemenang, tapi apa arti menang, jika teman berpaling hilang, dendam menjadi benteng, sesal jadi kerangkeng...
oh aku ingin damai, setiap langkah dijalani santai, setiap langkah bersua teman, setiap gerak berbuah riang...

Malam menyanyikan makhlukhnya, melelapkan para petarung hari,.sang pion bermimpi taman yang mewujud surgawi, berwarna pelangi....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar